Selama 20 tahun terakhir, sungai es bagian hulu di Gunung Himalaya, Nepal, semakin lama semakin mengecil akibat melumer, dan danau di Desa Dengboche, yang merupakan kampung halaman Funuru Sherpa, semakin lama semakin membesar.
Sherpa yang kini berusia 29 tahun masih ingat akan perkataan sang kakek bahwa 50 tahun lalu, danau ini sama sekali tidak ada. Para ilmuwan menyatakan bahwa Imja Glacier, sungai es yang terletak di atas Desa Dengboche itu, sedang melumer dengan kecepatan 70 meter setiap tahunnya, dan lumerannya itu telah menciptakan sebuah danau besar, yang jika tanggulnya jebol, akan menimbulkan bencana besar bagi desa yang berada di hilirnya.
Hal ini bukan lagi masalah baru. Pusat Pengembangan Wilayah Pegunungan Internasional (ICIMOD) yang telah 30 tahun lamanya meneliti keadaan Gunung Himalaya menyatakan, sungai es di wilayah tersebut terus menerus melumer selama beberapa abad belakangan ini. Sementara Samjwal Ratna Bajracharya, seorang ilmuwan gletser dari ICIMOD mengatakan bahwa gletsier ini sedang melumer dengan kecepatan yang mencengangkan.
Ia mengatakan pada AFP, “Selama 30 tahun penelitian ini kami menemukan bahwa suhu di wilayah Gunung Himalaya terus meningkat, 8 kali lebih cepat dari pada peningkatan rata-rata suhu bumi. Tempat melumernya es berada di ketinggian di atas permukaan laut yang sangat tinggi, sehingga kecepatan melumernya semakin cepat.”
Nepal memiliki gletsier sebanyak lebih dari 2.300 buah, para pakar mengatakan sedikitnya 20 di antaranya dikhawatirkan akan segera jebol tanggulnya. Imja Glacier yang memiliki luas hampir 1 kilometer persegi itu adalah danau es kedua terbesar di Nepal, dengan volume air mencapai 36 juta meter kubik, dapat menimbulkan ancaman banjir yang sangat besar.
Menteri Lingkungan Hidup, Uday Raj Sharma, minggu lalu menyatakan jika sampai tanggul Imja Glacier ini jebol, maka akan terjadi Tsunami Nepal, setara dengan bencana tsunami pada 2004 lalu yang melanda Samudra Hindia dan menewaskan 220 ribu jiwa .
Namun demikian pakar menyebutkan, hingga saat ini belum ditemukan cara penyelesaian yang mudah. Penduduk di pegunungan yang paling terancam umumnya tidak ingin meninggalkan kampung halaman mereka, sementara menguras air di danau es itu tidak hanya akan menelan biaya mahal, tapi juga berbahaya, dan belum tentu ada manfaatnya. (The Epoch Times/lie)
[img][/img][img][/img]
Sherpa yang kini berusia 29 tahun masih ingat akan perkataan sang kakek bahwa 50 tahun lalu, danau ini sama sekali tidak ada. Para ilmuwan menyatakan bahwa Imja Glacier, sungai es yang terletak di atas Desa Dengboche itu, sedang melumer dengan kecepatan 70 meter setiap tahunnya, dan lumerannya itu telah menciptakan sebuah danau besar, yang jika tanggulnya jebol, akan menimbulkan bencana besar bagi desa yang berada di hilirnya.
Hal ini bukan lagi masalah baru. Pusat Pengembangan Wilayah Pegunungan Internasional (ICIMOD) yang telah 30 tahun lamanya meneliti keadaan Gunung Himalaya menyatakan, sungai es di wilayah tersebut terus menerus melumer selama beberapa abad belakangan ini. Sementara Samjwal Ratna Bajracharya, seorang ilmuwan gletser dari ICIMOD mengatakan bahwa gletsier ini sedang melumer dengan kecepatan yang mencengangkan.
Ia mengatakan pada AFP, “Selama 30 tahun penelitian ini kami menemukan bahwa suhu di wilayah Gunung Himalaya terus meningkat, 8 kali lebih cepat dari pada peningkatan rata-rata suhu bumi. Tempat melumernya es berada di ketinggian di atas permukaan laut yang sangat tinggi, sehingga kecepatan melumernya semakin cepat.”
Nepal memiliki gletsier sebanyak lebih dari 2.300 buah, para pakar mengatakan sedikitnya 20 di antaranya dikhawatirkan akan segera jebol tanggulnya. Imja Glacier yang memiliki luas hampir 1 kilometer persegi itu adalah danau es kedua terbesar di Nepal, dengan volume air mencapai 36 juta meter kubik, dapat menimbulkan ancaman banjir yang sangat besar.
Menteri Lingkungan Hidup, Uday Raj Sharma, minggu lalu menyatakan jika sampai tanggul Imja Glacier ini jebol, maka akan terjadi Tsunami Nepal, setara dengan bencana tsunami pada 2004 lalu yang melanda Samudra Hindia dan menewaskan 220 ribu jiwa .
Namun demikian pakar menyebutkan, hingga saat ini belum ditemukan cara penyelesaian yang mudah. Penduduk di pegunungan yang paling terancam umumnya tidak ingin meninggalkan kampung halaman mereka, sementara menguras air di danau es itu tidak hanya akan menelan biaya mahal, tapi juga berbahaya, dan belum tentu ada manfaatnya. (The Epoch Times/lie)
[img][/img][img][/img]
Wed 13 Aug 2014 - 11:33 by zettravos11
» Trick Astral Projection < trik Joe Sandy >
Tue 8 Nov 2011 - 11:56 by ARIE BONUO™
» tolongin doong
Sat 19 Feb 2011 - 4:18 by akhmad_hack03
» salam kenal
Fri 24 Sep 2010 - 15:43 by -Auzhee-
» bantu aq untk hack
Fri 24 Sep 2010 - 15:42 by -Auzhee-
» Mesin waktu ada??
Sun 2 May 2010 - 18:07 by aby ne love
» hp gue bermasalah!
Thu 1 Apr 2010 - 8:39 by -Auzhee-
» Jari Tangan Mengeluarkan Asap
Thu 1 Apr 2010 - 8:39 by -Auzhee-
» Cara Ganti Foto Profil HTC
Thu 1 Apr 2010 - 7:42 by -Auzhee-
» Plasma Antivirus 2010 - BETAVer
Fri 26 Mar 2010 - 18:40 by Plasma Antivirus